Gus Hilman Soroti Peran Milenial dalam Menentukan Arah Bangsa pada Kuliah Umum di Institut Ahmad Dahlan Probolinggo

Gus Hilman Soroti Peran Milenial dalam Menentukan Arah Bangsa pada Kuliah Umum di Institut Ahmad Dahlan Probolinggo

Gus Hilman Soroti Peran Milenial dalam Menentukan Arah Bangsa pada Kuliah Umum di Institut Ahmad Dahlan Probolinggo

gasgusindonesia.org, Probolinggo, 17 Mei 2025 — Anggota Komisi X DPR RI, Muhammad Hilman Mufidi, S.H., S.E., yang akrab disapa Gus Hilman, hadir sebagai pembicara utama dalam kuliah umum pada acara Yudisium Sarjana XV Institut Ahmad Dahlan Probolinggo, Sabtu (17/5). Dalam orasinya yang bertajuk “Bonus Demografi yang Menentukan Arah Bangsa”, Gus Hilman menekankan pentingnya peran generasi milenial dalam menentukan masa depan Indonesia.


"Indonesia memiliki lebih dari 50 persen penduduk usia produktif. Ini adalah potensi luar biasa yang bisa menjadi berkah atau justru beban, tergantung bagaimana kesadaran peran generasi mudanya," tegas Gus Hilman di hadapan para yudisiawan dan akademisi.


Menurutnya, generasi milenial bukan sekadar pengguna teknologi, tetapi pembentuk budaya, inovasi, dan gaya kepemimpinan baru. Untuk itu, Gus Hilman menggarisbawahi tiga pilar kontribusi yang harus dioptimalkan milenial demi menyongsong Indonesia Emas: Pendidikan dan Literasi Digital, Ekonomi Kreatif dan Wirausaha Sosial, serta Kepemimpinan dan Kebangsaan.


Gus Hilman mendorong perguruan tinggi agar tidak hanya mencetak lulusan, tetapi juga inovator yang memiliki literasi digital yang kuat. “Literasi digital hari ini tidak cukup hanya memahami teknologi, tetapi juga harus mengedepankan etika, tanggung jawab sosial, dan produktivitas,” ujarnya.


Selain itu, ia menekankan pentingnya kolaborasi antara negara, kampus, dan komunitas dalam menciptakan ekosistem kewirausahaan muda. Di tengah era digital dan ekonomi hijau, peluang menjadi digitalpreneur, content creator, dan sociopreneur sangat terbuka lebar.


Dalam aspek kepemimpinan, Gus Hilman mengajak mahasiswa untuk tidak apatis terhadap politik dan kebijakan publik. Ia menyerukan agar generasi muda tampil sebagai agen perubahan di tengah tantangan era pasca-kebenaran, hoaks, dan ekstremisme digital.


“Pemimpin masa depan harus inklusif, kolaboratif, dan berbasis data. Milenial harus menjadi agen kesejukan dan pemersatu bangsa, bukan justru terjebak dalam politik identitas dan konflik horizontal,” pungkasnya.


Kuliah umum ini menjadi momentum reflektif bagi para lulusan untuk memahami posisi strategis mereka dalam menyongsong tantangan global sekaligus mengambil bagian dalam membentuk masa depan bangsa.