Cak Imin Dorong Pesantren Bertransformasi, Masukkan Sains dan Teknologi dalam Kurikulum

Cak Imin Dorong Pesantren Bertransformasi, Masukkan Sains dan Teknologi dalam Kurikulum

Cak Imin Dorong Pesantren Bertransformasi, Masukkan Sains dan Teknologi dalam Kurikulum

gasgusindonesia.org, Jakarta – Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Muhaimin Iskandar, menyerukan transformasi kurikulum dan tata kelola pesantren agar lebih adaptif terhadap dinamika zaman. Menurutnya, pesantren sebagai benteng moral bangsa tak cukup hanya menjaga tradisi, tapi juga harus menjadi pusat lahirnya inovator dan ilmuwan berbasis nilai-nilai spiritual.


"Pesantren adalah benteng moral dan spiritual bangsa. Namun, ke depan, pesantren harus berani membuka diri untuk memasukkan unsur-unsur sains, teknologi, dan seni ke dalam kurikulum pendidikannya," ujar Cak Imin kepada wartawan, Selasa, 24 Juni 2025.


Ia menegaskan bahwa harapannya terhadap pesantren tak sebatas pada pengkaderan ulama. Cak Imin ingin melihat lembaga tersebut tumbuh menjadi ruang lahirnya saintis, teknokrat, dan seniman yang berkarakter dan berlandaskan tauhid.


"Kita ingin melihat santri yang mampu mengembangkan aplikasi teknologi, menciptakan karya seni bernilai tinggi, atau melakukan riset ilmiah, namun semua itu tetap dilandasi oleh keimanan dan akhlak mulia yang didapat dari pesantren," katanya.


Lebih dari itu, transformasi yang dimaksud tak hanya soal substansi pendidikan, tapi juga menyentuh aspek tata kelola. Ia mengkritisi sistem manajemen pesantren yang menurutnya masih didominasi pola kekeluargaan. Model ini, kata Cak Imin, rawan konflik dan kerap tidak efisien.


"Pesantren harus dikelola oleh tenaga profesional yang memiliki kompetensi manajerial, alih-alih hanya mengandalkan pendekatan kekeluargaan. Pengasuh pesantren, jika perlu, dapat mengambil program atau pelatihan khusus tentang manajemen lembaga pendidikan yang profesional agar tata kelola pesantren menjadi lebih modern dan transparan," tegasnya.


Ia menilai, perbaikan kurikulum harus seiring dengan modernisasi kelembagaan agar pesantren tetap relevan di tengah persaingan global yang makin kompleks. Cak Imin menyebut modernisasi tata kelola sebagai jalan untuk menciptakan efisiensi, akuntabilitas, dan keberlanjutan.


Untuk itu, ia mendorong terciptanya iklim pendidikan yang kondusif di lingkungan pesantren. Menurutnya, perubahan kurikulum dan tata kelola merupakan keniscayaan jika pesantren ingin tetap menjadi pilar utama pendidikan di Indonesia.


"Banyak lembaga pendidikan lain di luar pesantren saat ini sudah mengadopsi kurikulum modern seperti International Baccalaureate (IB), Cambridge, hingga kurikulum Finlandia yang terbukti menghasilkan lulusan bersifat problem solver dan sangat siap menghadapi tantangan zaman," pungkasnya.